1. DNS
Awalnya,
sistem penamaan alamat IP menggunakan sistem host table. Di dalam sistem ini, setiap komputer memiliki file host.txt yang berisi daftar daftar
alamat IP nama host yang terhubung ke
internet. Karena internet semakin berkembang, sistem host table tidak efektif mengatasi permasalahan tersebut. Akhirnya
pada tahun 1984 Paul Mockapetris mengusulkan sistem database terditribusi
dengan nama Domain Name System (DNS) yang dideskripsikan dalam RFC 882 dan
883. Sistem ini digunakan sampai sekarang pada jaringan khususnya internet.
a. Pengertian
DNS (Domain Name System)
Domain
Name System (DNS) merupakan sistem berbentuk database terdistribusi yang akan
memetakan/mengkonversikan nama host/mesin/domain ke alamat IP (Internet Protocol) dan sebaliknya. Struktur
database DNS berbentuk hierarki atau pohon yang memiliki beberapa cabang.
Cabang-Cabang ini mewakili domain, dan dapat berupa host, subdomain, ataupun top
level domain.
Domain teratas adalah
root. Domain ini diwakili oleh titik. Selanjutnya, domain yang terletak tepat dibawah root disebut top level
domain. Beberapa contoh top level
domain ini antara lain com, edu, gov dan lain-lain. Turunan dari top level domain disebut subdomain. Domain yang terletak setelah top
level domain adalah second level
domain, dan domain yang berada di
bawah second level domain disebut third level domain, begitu seterusnya.

Mesin DNS bisa
menggunakan Server OS Window server yang dijadikan mesin DNS atau sebuah Server
dengan OS Linux dengan menjalankan domain seperti BIND (Berkeley Internet Name Domain) / DJBDNS yang sering digunakan,
hampir 75% implementasi DNS. Ada tiga belas (13) root server utama yang disebar
ke seluruh dunia dan dibagi-bagi untuk melayani area negara tertentu, generic Top Level Domain (gTLD) tertentu
atau blok IP Adress tertentu. Antara satu root server ini dengan yang lain
saling terhubung dan saling memperbaharui datanya masing-masing (www.rootservers.org)
b. Cara
kerja DNS
Secara sederhana cara kerja DNS bisa
dilihat pada gambar berikut ini:

DNS menggunakan relasi
client-server untuk resolusi nama. Pada
saat client mencari satu host, maka ia akan mengirimkan query ke server DNS. Query
adalah satu permintaan untuk resolusi nama yang dikirimkan ke server DNS.
·
Pada komputer Client, sebuah program aplikasi misalnya http, meminta pemetaan IP Address (forward lookup query). Sebuah program aplikasi pada host yang mengakses domain system disebut sabagai resolver,
resolver menghubungi DNS server, yang biasa desebut name server.
·
Name
server meng-cek ke local
database, jika ditemukan, name server
mengembalikan IP Address ke resolver jika tidak ditemukan akan
meneruskan query tersebut ke name server atau root server.
·
Terakhir berulah si client bisa secara langsung menghubungi sebuah website / server yang diminta dengan
menggunakan IP Address yang diberikan
oleh DNS server.
Jika
permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi server root dan server lainnya dengan cara sebagai berikut:

·
Saat kita mengetikkan sebuah nama domain
misalnya http://www.neon.cs.virginia.edu
pada web browser, maka aplikasi http
(resolver) akan mengirimkan query
ke Name Server local atau DNS Server Internet Service Provider.
·
Awalnya name server akan menghubungi server
root. Server root tidak
mengetahui IP Address domain
tersebut, ia hanya akan memberikan IP
Address server edu.
·
Selanjutnya name server akan bertanya lagi pada server edu berupa IP Address
domain neon.cs.virginia.edu. Server edu tidak mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya
akan memberikan IP Address server
virginia.edu.
·
Selanjutnya name server akan bertanya ke
server virginia.edu tentang IP
Address neon.cs.virginia.edu. Dan server virginia.edu hanya mengetahui dan
memberikan jawaban berupa IP Address
server cd.virginia,edu.
·
Selanjutnya name server akan bertanya ke server
cs,virginia.edu tentang IP Address
neon.cs.virginia.edu. Dan barulah cs.virginia.edu mengetahui dan menjawab
berapa IP Address domain
neon.cs.virginia.edu.
·
Terakhir barulah computer client bisa secara langsung menghubungi domain neon.cs.viginia.edu dengan
menggunakan IP Address yang diberikan
oleh server cs.virginia.edu.
·
IP
Address memiliki neon.cs.virginia.edu kemudian akan
disimpan sementara oleh DNS server Anda untuk keperluan nanti. Proses ini
disebut caching, yang berguna untuk
mempercepat pencarian nama domain
yang telah dikenalnya.
2. DHCP
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
adalah protokol yang berbasis
arsitektur client/server yang dipakai
untuki memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan
lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua
komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua
komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis
dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat
diberikan oleh DHCP, seperti default
gateway dan DNS server.
DHCP didefinisikan
dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipublikasikan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP merupakan ekstensi dari
protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).
Karena DHCP merupakan sebuah Protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat
dua pihak yang terlibat, yakni DHCP server dan DHCP Client.
·
DHCP server merupakan sebuah mesin yang
menjalankan layanan yang dapat “menyewakan” alamat IP dan informasi TCP/IP
lainnya kepada semua client yang
memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows
2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
·
DHCP client merupakan mesin yang
menjalankan perangkat lunak client DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat
berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan
(Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux)
memiliki perangkat lunak seperti ini.
·
DHCP server
umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan
·
kepada client,
yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat
·
IP dari DHCP
Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa
·
hari. Manakala
waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta
·
kepada server
untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.
·
DHCP Client akan
mencoba untuk mendapatkan “penyewaan” alamat IP dari sebuah
·
DHCP server
dalam proses empat langkah berikut:
·
DHCPDISCOVER:
DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk
·
mencari DHCP
Server yang aktif.
·
DHCPOFFER:
Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP
·
server
kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
·
DHCPREQUEST:
Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu
alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
·
DHCPACK:
DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket
acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan
konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database
miliknya. Client selanjutnya akan memulai proses binding dengan
tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun
dapat memulai komunikasi jaringan.
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Empat
tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien
yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap
3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal),
yang jelas lebih cepat prosesnya. Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi,
DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat
beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan
direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika
konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP
tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama. Selain dapat
menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan
sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu
ke waktu.
3.
Wireless,
SSID dan Channel
Jaringan tanpa kabel sebenarnya tidak sesulit sistem
cable network bahkan lebih mudah. Sistem jaringan WIFI atau Wireless
tidak memerlukan penghubung cable network antar computer. Bila
jenis coax atau UTP cable memerlukan kabel sebagai media tranfer, dengan
Wireless network hanya dibutuhkan ruang atau space dimana jarak jangkau
network dibatasi kekuatan pancaran signal radio dari masing masing computer.
Keuntungan dari sistem WIFI , pemakai tidak dibatasi
ruang gerak dan hanya dibatasi pada jarang jangkauan dari satu titik pemancar
WIFI. Untuk jarak pada sistem WIFI mampu menjangkau area 100feet atau
30M radius. Selain itu dapat diperkuat dengan perangkat khusus seperti booster
yang berfungsi sebagai relay yang mampu menjangkau ratusan bahkan
beberapa kilometer ke satu arah (directional). Bahkan hardware terbaru,
terdapat perangkat dimana satu perangkat Access Point dapat saling
merelay (disebut bridge) kembali ke beberapa bagian atau titik sehingga
memperjauh jarak jangkauan dan dapat disebar dibeberapa titik dalam suatu
ruangan untuk menyatukan sebuah network LAN.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa ada 2 cara
menghubungkan antar PC dengan system Wireless yaitu Adhoc dimana 1 PC
terhubung dengan 1 PC dengan saling terhubung berdasarkan nama SSID (Service
Set IDentifier). SSID sendiri tidak lain nama sebuah computer yang memiliki
card, USB atau perangkat wireless dan masing masing perangkat harus diberikan
sebuah nama tersendiri sebagai identitas.
Kedua jaringan paling umum dan lebih mudah saat ini
dengan sistem Access point dengan bentuk PCI card atau sebuah unit hardware
yang memiliki fungsi Access point untuk melakukan broadcast ke beberapa
computer client pada jarak radius tertentu. Dibawah ini menjelaskan bagaimana
cara sebuah computer dapat saling terhubung dengan network wireless.
a.
Cara Kerja
Wireless
Prinsip dasar yang digunakan pada teknologi wireless
ini sebenarnya diambil dari persamaan yang dibuat oleh James Clerk Maxwell
di tahun 1964. Dalam persamaan itu, dengan gamblang dan jelas Maxwell berhasil
menunjukkan fakta bahwa, setiap perubahan yang terjadi dalam medan magnet itu
akan menciptakan medan-medan listrik. Dan sebaliknya, setiap perubahan yang
terjadi dalam medan-medan listrik itu akan menciptaken medan-medan magnet.
Lebih lanjut Maxwell menjelaskan, saat arus listrik (AC atau alternating current)
bergerak melalui kabel atau sarana fisik (konduktor) lainnya, maka, beberapa
bagian dari energinya akan terlepas ke ruang bebas di sekitarnya, lalu
membentuk medan magnet atau alternating magnetic field. Kemudian, medan
magnet yang tercipta dari energy yang terlepas itu akan menciptakan medan
listrik di ruang bebas, yang kemudian akan menciptakan medan magnet lagi, lalu medan
listrik lagi, medan magnet lagi, dan seterusnya, hingga arus listrik yang asli
atau yang pertama terhenti (terputus, red).
Bentuk energy yang tercipta dari
perubahan-perubahan ini, disebut dengan radiasi elektromagnetik (electromagnetic
radiation), atau biasa kita kenal sebagai gelombang radio. Itu artinya,
radio dapat di definisikan sebagai radiasi dari energi elektromagnetik yang
terlepas ke udara (ruang bebas). Alat yang menghasilkan gelombang radio itu
biasa dinamakan TRANSMITTER. Lalu alat yang digunakan untuk mendeteksi dan
menangkap gelombang radio yang ada udara itu, biasa dinamakan RECEIVER.
Agar kedua alat ini (transmitter dan receiver)
lebih fokus saat mengirim, membuat pola gelombang, mengarahkan, meningkatkan,
dan menangkap sinyal radio, ke dan dari udara, maka dibantulah dengan alat
lain, yaitu ANTENA. Berkat persamaan dari Maxwell, transmitter, receiver, serta
antena, yang kemudian disatukan dalam semua peralatan wireless LAN itulah, maka
komputer bisa berkomunikasi, mengirim dan menerima data melalui gelombang
radio, atau biasa disebut dengan wireless netwok.
Begitu banyak stasiun Radio dengan frequency yang
berbeda-beda agar tidak saling bertabrakan, gelombang radio yang akan
dikirimkan ke udara itu bisa diatur frequency-nya. Yaitu dengan cara
mengatur atau memodifikasi arus listrik yang berada pada peralatan pengirim dan
penerima tadi (transmitter, receiver). Dan jarak yang menjadi
pemisah antar frequency dinamakan SPECTRUM. Lalu, bagian terkecil dari
spectrum disebut dengan BAND. Dan untuk mengukur jumlah perulangan dari satu
gelombang ke gelombang yang terjadi dalam hitungan detik, digunakanlah satuan
HERTZ (Hz).
Hertz, diambil dari nama orang yang pertama kali
melakukan percobaan mengirim dan menangkap gelombang radio, yaitu HEINRICH
HERTZ. Satu hertz dihitung sebagai jarak antara satu gelombang ke gelombang
berikutnya. Dan sinyal radio itu umumnya berada pada frequency ribuan, jutaan,
atau milyaran hertz (KHz, MHz, GHz). Dengan mengatur frequency itulah maka
sinyal radio bisa tidak saling bertabrakan.
b. SSID
SSID adalah nama sebuah network card atau USB card
atau PCI card atau Router Wireless. SSID hanyalah sebuah nama untuk memberikan
tanda dimana nama sebuah perangkat berada. BSSID adalah nama lain dari SSID,
SSID diberikan oleh pemakai misalnya "pcsaya" pada computer yang
sedang digunakan dan computer lainnya dibuatkan nama "pckamu". Sedangkan
BSSID mengunakan basis MAC address. Jangan terlalu bingung dengan istilah baru
tersebut. Bila sebuah koneksi wireless ingin saling berhubungan, keduanya harus
mengunakan setup Adhoc. Bila disekitar ruangan terdapat perangkat Access
Point, perlu diingatkan untuk mengubah band frekuensi agar tidak saling adu kuat signal yang memancar didalam suatu
ruangan.
c. Standard 802.11a, 802.11b, 802.11g
1) 802.11a
Standard 802.11a, adalah model awal yang dibuat untuk
umum. Mengunakan kecepatan 54Mbps dan dapat mentranfer data double dari tipe g
dengan kemampuan bandwidth 72Mbps atau 108Mbps. Sayangnya sistem ini tidak
terlalu standard, karena masing masing vendor atau pabrikan memberikan standard
tersendiri. 802.11a mengunakan frekuensi tinggi pada 5Ghz sebenarnya sangat
baik untuk kemampuan tranfer data besar. Tetapi 802.11a memiliki kendala pada
harga , komponen lebih mahal ketika perangkat ini dibuat untuk publik dan
jaraknya dengan frekuensi 5GHz konon lebih sulit menembus ruang untuk kantor.
Pemilihan 5Ghz cukup beralasan, karena membuat pancaran signal frekuensi
802.11a jauh dari gangguan seperti oven microwave atau cordless phone pada
2GHz, tetapi frekuensi tinggi juga memberikan dampak pada daya jangkau relatif
lebih pendek.
2) 802.11b
Sempat menjadi dominasi pemakaian tipe b. Standard
802.11b mengunakan frekuensi 2.4GHz. Standard ini sempat diterima oleh pemakai
didunia dan masih bertahan sampai saat ini. Tetapi sistem b bekerja pada band
yang cukup kacau, seperti gangguan pada Cordless dan frekuensi Microwave dapat saling
menganggu bagi daya jangkaunya. Standard 802.11b hanya memiliki kemampuan
tranmisi standard dengan 11Mbps atau rata rata 5MBbit/s yang dirasakan lambat,
mendouble (turbo mode) kemampuan wireless selain lebih mahal tetapi tetap tidak
mampu menandingi kemampuan tipe a dan g.
3) 802.11g
Standard yang cukup kompatibel dengan tipe 802.11b dan
memiliki kombinasi kemampuan tipe a dan b. Mengunakan frekuensi 2.4GHz mampu
mentransmisi 54Mbps bahkan dapat mencapai 108Mbps bila terdapat inisial G atau
turbo. Untuk hardware pendukung, 802.11g paling banyak dibuat oleh vendor.
Secara teoritis mampu mentranfer data kurang lebih 20Mbit/s atau 4 kali lebih
baik dari tipe b dan sedikit lebih lambat dari tipe a.Karena mengunakan carrier
seperti tipe b dengan 2.4Ghz, untuk menghadapi gangguan frekuensi maka
ditempatkan sistem OFDM Secara teoritis perbandingan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini ( sumber homenethelp.com)

Karena sistem WIFI mengunakan
transmisi frekuensi secara bebas, maka pancaran signal yang ditransmit pada
unit WIFI dapat ditangkap oleh computer lain sesama pemakai Wifi. Tentu kita
tidak seseorang masuk kedalam jaringan Network tanpa ijin. Pada teknologi WIFI
ditambahkan juga sistem pengaman misalnya WEP (Wired Equivalent Privacy) untuk
pengaman sehingga antar computer yang telah memiliki otorisasi dapat saling
berbicara